Minggu, 29 Desember 2013

Kisah Gadis Bertubuh Gemuk dan Pangeran Tampan [Part 2]

Nawang adalah gadis cantik namun mempunyai tabiat yang sangat buruk. Ia menyakiti hati seorang dukun dan anaknya yang hendak melamarnya. Hingga si dukun pun mengutuknya. Seminggu berlalu, semuanya baik-baik saja sampai Nawang mencuri makanan seorang kakek tua  dan dirinya berubah menjadi sangat gemuk dengan tiba-tiba.
            “Nawang, Nawang…. Sadarlah nak! Ini biyungmu”, suara ibu Nawang khawatir. Nawang terbangun kebingungan, hendak ia memeluk ibunya. Tiba-tiba ia tersadar bahwa jangan sampai ibunya mengetahui  dirinya telah menjadi seperti sekarang. Pasti orang kampong akan mengetahuinya dan menghinanya.  Nawang kemudian berkata, “Aaaku bukan Nawang. Siapa ibu? Bagaimana aku bisa di sini.”
            “Apa? Jangan bercanda Nawang , biyung tahu ini kamu nak. Sudahlah tidak perlu takut. Kamu akan aman bersama biyungmu ini. Tidak akan ada orang yang tahu dengan dirimu sekarang. Seorang petani menemukanmu di tengah kebun. Biyung bilang bahwa biyung tidak tahu siapa kamu. Namun, biyung berkata bahwa biyung akan mengurus dirimu. Oleh karena itu kamu sampai di rumah.”, ujar ibu Nawang.
            Nawang hendak berkata jujur. Namun perasaan malu dan bersalah membuatnya sedih harus melihat ibunya menghadapi dirinya yang sangat mengerikan saat ini. Ia tetap bersandiwara dan memutuskan untuk pergi dari rumahnya.
            “Aku bukan anakmu, bi..emm bu. Aku tersesat di daerah ini. Kalau aku boleh aku ingin meminta pakaian dan beberapa makanan. Aku sangat lapar.”, ujar Nawang. “Biyung masih belum mengerti. Tapi baiklah. Biyung ambilkan makanan dan pakaian dulu ya.”, Ibu Nawang segera menuju ke dalam. Kesempatan ini digunakan Nawang untuk meninggalkan rumahnya. Diambilnya kain dan selendang miliknya yang ada di jemuran. Serta singkong yang dibeli ibunya dari pasar. Ia segera bergegas meninggalkan rumah itu dengan susah payah.
            Nawang amat bersedih. Semua orang yang melihatnya menatapnya dengan penuh penghinaan. Bahkan beberapa gadis tertawa geli melihatnya kepayahan berlari. “Jadi ini rasanya menjadi orang yang dihina dan ditetawakan. Sangat menyakitkan.”, pikir Nawang dalam hati. Air matanya mengucur deras. Ingin rasanya ia kembali ke rumah. Tapi ia tidak mampu melihat ibunya menanggung penderitaannya. Ia pun tidak sanggup untuk melihat gadis tetangganya yang selalu ia anggap sebagai saingannya.
            Hari mulai larut. Nawang berjalan cukup jauh dari kampungnya. Sampailah ia ke hutan. Tiba-tiba ia berpikir, “Tole dan dukun jahat itu. Benar sekali. Mereka yang harus bertanggung jawab. Mereka pasti mampu menyembuhkanku. Benar sekali. Aku tahu rumah mereka. Aku harus segera ke sana. Aku sudah tidak sanggup berjalan lagi.”
            Nawang terhuyung-huyung begitu mencapai depan rumah si dukun tersebut. Diketuknya pintu kencang-kencang. Berharap mereka segera keluar. Keluarlah Tole si anak dukun. Ia sangat terkejut melihat diri Nawang. Ia tidak mengenalinya. Namun setelah Nawang bersuara, ia mampu mengetahui siapa dirinya.
            “Kamu harus bertanggungjawab. Aku menjadi seperti ini karena ayahmu. Tolong aku.”, teriak Nawang sembari menangis. “Tenang Nawang. Ceritakan apa yang terjadi.”, ujar Tole. Nawang lantas menceritakan kejadian tadi pagi.
            “Sejak saat ayahku berkata demikian, aku mencoba untuk menahan dan memintanya untuk mencabut kutukan itu. Ayahku sempat menolak karena merasa sangat sakit hati. Namun aku memohonkan untukmu, Nawang. Akhirnya ayahku mencabut kutukan itu. Tapi ayahku tidak dapat tinggal diam saja atas perlakuanmu. Ia terus mengintaimu berhari-hari. Hingga tadi pagi ia mengutus jin yang dimilikinya untuk menyamar sebagai kakek tua dan mengikutimu di sungai. Mungkin jin itu yang memberikanmu perasaan lapar, lelah, dan panas. Walaupun begitu, keputusanmu untuk mencuri makanan kakek itu mutlak berada di tanganmu. Makanan yang kamu makan itu berisi racun yang membuat tubuhmu demikian.”, cerita Tole panjang lebar.
            “Lantas apa yang harus aku lakukan? Kamu pasti punya penawar racunnya bukan?”, tanya Nawang dengan putus asa. “Sayang sekali tidak Nawang. Ayahku membuat beberapa racun yang tidak ada penawarnya. Untuk apalah membuat racun jika nantinya ia akan menyembuhkan orang yang dibencinya. Itu sangat mustahil Nawang.”, ujar Tole yang juga nampak iba.
            Nawang hanya terduduk lesu meratapi nasib malangnya. “Tapi kamu masih ada harapan. Sebelum musim kemarau tiba, kamu harus mencari bunga melati hitam di puncak bukit Jati. Bunga itu merupakan buruan banyak orang. Jika kamu mempunyai niat yang tulus dan suci dalam pencarian bunga itu. Kamu pasti akan mendapatkannya.”, ujar Tole.
            “Maukah engkau menemaniku? Aku sendirian ke sana”, Nawang mulai merasa takut. “Maaf Nawang. Untuk mendapatkan bunga itu membutuhkan keberanian. Mereka yang datang berdua, salah satu diantaranya harus mati. Karena dengan adanya dua orang yang berangkat, niat tidak akan kembali tulus. Mereka pasti akan ingin memiliki bunga hitam tersebut untuk diri mereka masing-masing. Sedangkan bunga tersebut hanya ada satu. Pasti akan terjadi pertumpahan darah di sana. Bunga melati hitam itu tidak akan tumbuh kembali di kedepannya, jika tanahnya telah tercampur darah manusia.  Bunga itu hanya tumbuh setahun sekali mendekati musim kemarau seperti ini dan hanya satu bunga saja.”,Tole berujar.
            “Baiklah aku akan pergi sendiri. Terima kasih Tole, ternyata engkau tidak memiliki hati yang buruk seperti aku.”, ucap Nawang seraya membawa barang bawaannya. Ia berjalan gontai menuju kea rah bukit Jati. Hari mulai gelap. Nawang hanya mempunyai sebuah singkong dari rumahnya. Ia lantas berusaha membuat api dari ranting-ranting. Amat susah. Ia tidak pernah melakukannya sebelumnya. Entah berapa lama akhirnya api kecil muncul juga. Dibakarnya singkong tersebut. Ia makan dengan murung. Lagi-lagi ia merasa tubuhnya semakin berat. Nawang pun berhenti makan. Ia duduk di bawah pohon dan berusaha untuk memejamkan mata. Berharap malam segera berganti dengan pagi. Ia tidak sabar untuk segera menemukan bunga melati hitam tersebut.


Ceritanya masih bersambung lagi ya? Pasti akan semakin seru, Nawang akan memulai perjalanan pertama dalam hidupnya. Akankan ia mampu mendapatkan melati hitam tersebut? Tunggu saja di pos berikutnya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar